Turnover: Bahasa Indonesianya Dan Penjelasan Lengkap
Turnover adalah istilah yang sering kita dengar dalam dunia bisnis, terutama di bidang sumber daya manusia (SDM) atau Human Resources (HR). Tapi, apa sih sebenarnya arti turnover itu? Dan yang lebih penting, apa bahasa Indonesianya? Nah, dalam artikel ini, kita akan membahas tuntas mengenai turnover, mulai dari definisi, penyebab, dampak, hingga cara mengatasinya. Jadi, buat kalian yang penasaran atau lagi berkutat dengan masalah turnover di perusahaan, simak terus ya!
Definisi Turnover: Apa Itu Sebenarnya?
Secara sederhana, turnover adalah tingkat keluar masuk karyawan dalam suatu perusahaan selama periode waktu tertentu. Biasanya, periode ini dihitung dalam satu tahun. Jadi, kalau kita bilang tingkat turnover perusahaan tinggi, itu artinya banyak karyawan yang keluar dan masuk dalam kurun waktu setahun. Bahasa Indonesianya yang paling mendekati untuk turnover adalah tingkat perputaran karyawan atau pergantian karyawan. Istilah ini menggambarkan dengan tepat bagaimana karyawan datang dan pergi dalam sebuah organisasi.
Namun, turnover bukan sekadar angka statistik. Di balik angka tersebut, ada banyak faktor yang memengaruhi dan dampak yang signifikan bagi perusahaan. Tingkat turnover yang tinggi bisa menjadi indikasi adanya masalah dalam manajemen, budaya perusahaan, atau bahkan strategi bisnis secara keseluruhan. Sebaliknya, tingkat turnover yang rendah juga tidak selalu berarti baik. Bisa jadi, perusahaan terlalu nyaman dengan status quo dan kurang inovatif. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk memahami turnover secara mendalam dan mengelolanya dengan efektif.
Untuk lebih memahami definisi turnover, mari kita bedah beberapa aspek pentingnya:
- Perputaran Karyawan: Ini adalah inti dari konsep turnover. Perputaran karyawan mencakup karyawan yang keluar (resign, pensiun, dipecat) dan karyawan yang masuk (karyawan baru, promosi internal).
- Periode Waktu: Turnover selalu diukur dalam periode waktu tertentu, biasanya satu tahun. Namun, perusahaan juga bisa mengukur turnover bulanan atau kuartalan untuk mendapatkan gambaran yang lebih detail.
- Ukuran: Turnover biasanya dinyatakan dalam persentase. Cara menghitungnya adalah dengan membagi jumlah karyawan yang keluar dalam periode waktu tertentu dengan jumlah rata-rata karyawan selama periode tersebut, kemudian dikalikan 100%.
- Jenis: Ada dua jenis turnover yang perlu dibedakan, yaitu voluntary turnover (karyawan keluar atas kemauan sendiri) dan involuntary turnover (karyawan keluar karena keputusan perusahaan).
Memahami definisi dan aspek-aspek turnover ini adalah langkah pertama untuk mengelola turnover dengan lebih baik. Selanjutnya, kita akan membahas mengenai penyebab-penyebab turnover yang sering terjadi di perusahaan.
Penyebab Turnover: Kenapa Karyawan Keluar?
Setelah memahami apa itu turnover, pertanyaan selanjutnya adalah: kenapa sih karyawan keluar dari perusahaan? Ada banyak faktor yang bisa menyebabkan turnover, dan penyebabnya bisa berbeda-beda antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Secara umum, penyebab turnover bisa dikelompokkan menjadi beberapa kategori:
1. Kompensasi dan Benefit yang Tidak Memadai
Ini adalah salah satu penyebab utama turnover. Karyawan tentu saja ingin mendapatkan gaji dan benefit yang sesuai dengan kontribusi mereka. Jika gaji tidak kompetitif dibandingkan dengan perusahaan lain, atau benefit yang ditawarkan kurang menarik, karyawan akan cenderung mencari pekerjaan lain yang lebih baik. Benefit di sini bisa berupa asuransi kesehatan, tunjangan hari raya, program pensiun, dan lain-lain. Penting bagi perusahaan untuk melakukan riset pasar secara berkala untuk memastikan bahwa kompensasi dan benefit yang ditawarkan sudah sesuai dengan standar industri.
2. Kurangnya Peluang Pengembangan Karier
Karyawan, terutama generasi muda, sangat重视 pengembangan karier. Mereka ingin belajar hal-hal baru, meningkatkan keterampilan, dan naik jabatan. Jika perusahaan tidak memberikan peluang pengembangan karier yang cukup, karyawan akan merasa stagnan dan tidak termotivasi. Peluang pengembangan karier bisa berupa pelatihan, mentoring, rotasi pekerjaan, atau promosi internal. Perusahaan perlu memiliki sistem manajemen kinerja yang jelas dan transparan, sehingga karyawan tahu apa yang harus mereka lakukan untuk mencapai tujuan karier mereka.
3. Budaya Perusahaan yang Tidak Sehat
Budaya perusahaan memiliki dampak besar pada kepuasan dan retensi karyawan. Budaya perusahaan yang tidak sehat, seperti kurangnya komunikasi, kurangnya kepercayaan, atau adanya diskriminasi, dapat membuat karyawan merasa tidak nyaman dan tidak dihargai. Sebaliknya, budaya perusahaan yang positif, seperti adanya kolaborasi, dukungan, dan penghargaan, dapat meningkatkan loyalitas karyawan. Perusahaan perlu membangun budaya perusahaan yang inklusif dan suportif, di mana setiap karyawan merasa diterima dan dihargai.
4. Manajemen yang Buruk
Manajemen yang buruk adalah penyebab utama turnover. Manajer yang tidak kompeten, tidak adil, atau tidak mendukung dapat membuat karyawan merasa frustrasi dan tidak termotivasi. Manajer yang baik seharusnya mampu memberikan arahan yang jelas, memberikan umpan balik yang konstruktif, dan memberikan dukungan kepada timnya. Perusahaan perlu melatih manajer mereka untuk menjadi pemimpin yang efektif dan inspiratif.
5. Ketidakseimbangan Antara Pekerjaan dan Kehidupan Pribadi
Karyawan semakin menyadari pentingnya keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Jika perusahaan menuntut karyawan untuk bekerja terlalu keras, terlalu lama, atau terlalu sering, karyawan akan merasa stres dan kelelahan. Hal ini dapat menyebabkan penurunan produktivitas, peningkatan absensi, dan akhirnya turnover. Perusahaan perlu memberikan fleksibilitas kepada karyawan untuk mengatur waktu kerja mereka, memberikan cuti yang cukup, dan mempromosikan gaya hidup sehat.
6. Pekerjaan yang Tidak Menantang
Karyawan akan merasa bosan dan tidak termotivasi jika pekerjaan mereka tidak menantang. Mereka ingin pekerjaan yang memberikan kesempatan untuk menggunakan keterampilan mereka, belajar hal-hal baru, dan memberikan kontribusi yang berarti. Perusahaan perlu memberikan pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kemampuan karyawan, memberikan proyek-proyek yang menarik, dan memberikan otonomi kepada karyawan untuk mengambil keputusan.
7. Kurangnya Pengakuan dan Penghargaan
Karyawan ingin merasa dihargai atas kontribusi mereka. Jika perusahaan tidak memberikan pengakuan dan penghargaan yang cukup, karyawan akan merasa tidak termotivasi. Pengakuan dan penghargaan bisa berupa pujian, bonus, promosi, atau kesempatan untuk mewakili perusahaan dalam acara-acara penting. Perusahaan perlu memiliki sistem penghargaan yang adil dan transparan, sehingga karyawan tahu apa yang harus mereka lakukan untuk mendapatkan pengakuan.
8. Kondisi Kerja yang Tidak Memadai
Kondisi kerja yang tidak memadai, seperti lingkungan kerja yang tidak aman, peralatan yang rusak, atau fasilitas yang kurang memadai, dapat membuat karyawan merasa tidak nyaman dan tidak produktif. Perusahaan perlu memastikan bahwa kondisi kerja aman, nyaman, dan mendukung produktivitas karyawan.
Memahami penyebab-penyebab turnover ini adalah langkah penting untuk mengidentifikasi masalah dan mencari solusi yang tepat. Selanjutnya, kita akan membahas mengenai dampak turnover bagi perusahaan.
Dampak Turnover: Apa Ruginya Bagi Perusahaan?
Tingkat turnover yang tinggi dapat memberikan dampak negatif yang signifikan bagi perusahaan. Dampaknya tidak hanya terasa secara finansial, tetapi juga operasional dan reputasi. Berikut adalah beberapa dampak turnover yang perlu diwaspadai:
1. Biaya Rekrutmen dan Pelatihan yang Tinggi
Ketika seorang karyawan keluar, perusahaan harus mengeluarkan biaya untuk merekrut dan melatih penggantinya. Biaya rekrutmen meliputi biaya pemasangan iklan lowongan kerja, biaya headhunter, biaya wawancara, dan biaya administrasi lainnya. Biaya pelatihan meliputi biaya pelatihan orientasi, biaya pelatihan teknis, dan biaya waktu yang dihabiskan oleh karyawan senior untuk melatih karyawan baru. Jika tingkat turnover tinggi, perusahaan harus mengeluarkan biaya rekrutmen dan pelatihan secara terus-menerus, yang dapat menggerogoti anggaran perusahaan.
2. Penurunan Produktivitas
Ketika seorang karyawan keluar, produktivitas tim dapat menurun. Karyawan baru membutuhkan waktu untuk belajar tentang pekerjaan mereka, beradaptasi dengan budaya perusahaan, dan membangun hubungan dengan rekan kerja mereka. Selama masa transisi ini, produktivitas tim dapat menurun secara signifikan. Selain itu, karyawan yang tersisa mungkin merasa terbebani karena harus mengambil alih tugas-tugas karyawan yang keluar, yang dapat menyebabkan stres dan kelelahan.
3. Kehilangan Pengetahuan dan Pengalaman
Karyawan yang keluar membawa serta pengetahuan dan pengalaman mereka. Pengetahuan dan pengalaman ini bisa berupa pengetahuan tentang produk, proses bisnis, pelanggan, atau pasar. Kehilangan pengetahuan dan pengalaman ini dapat merugikan perusahaan, terutama jika karyawan yang keluar adalah karyawan senior atau ahli di bidangnya.
4. Penurunan Kualitas Layanan
Turnover yang tinggi dapat menyebabkan penurunan kualitas layanan kepada pelanggan. Karyawan baru mungkin belum memiliki keterampilan dan pengetahuan yang cukup untuk memberikan layanan yang memuaskan kepada pelanggan. Selain itu, turnover yang tinggi dapat menyebabkan kurangnya konsistensi dalam layanan, yang dapat membuat pelanggan kecewa.
5. Kerusakan Reputasi Perusahaan
Tingkat turnover yang tinggi dapat merusak reputasi perusahaan. Calon karyawan mungkin enggan untuk melamar pekerjaan di perusahaan dengan tingkat turnover yang tinggi, karena mereka menganggap bahwa perusahaan tersebut tidak stabil atau tidak memberikan kondisi kerja yang baik. Selain itu, pelanggan mungkin enggan untuk berbisnis dengan perusahaan dengan tingkat turnover yang tinggi, karena mereka menganggap bahwa perusahaan tersebut tidak dapat diandalkan.
6. Gangguan Terhadap Morale Karyawan
Turnover yang tinggi dapat mengganggu morale karyawan yang tersisa. Karyawan mungkin merasa cemas tentang masa depan mereka di perusahaan, atau merasa tidak termotivasi karena melihat rekan kerja mereka keluar. Hal ini dapat menyebabkan penurunan produktivitas, peningkatan absensi, dan bahkan turnover yang lebih tinggi.
Memahami dampak turnover ini adalah langkah penting untuk menyadari betapa pentingnya mengelola turnover dengan efektif. Selanjutnya, kita akan membahas mengenai cara mengatasi turnover yang sering terjadi di perusahaan.
Cara Mengatasi Turnover: Strategi Retensi Karyawan
Setelah mengetahui penyebab dan dampak turnover, sekarang saatnya kita membahas mengenai cara mengatasinya. Mengatasi turnover membutuhkan strategi yang komprehensif dan berkelanjutan, yang melibatkan seluruh elemen perusahaan. Berikut adalah beberapa strategi retensi karyawan yang dapat diterapkan:
1. Meningkatkan Kompensasi dan Benefit
Pastikan bahwa kompensasi dan benefit yang ditawarkan perusahaan kompetitif dibandingkan dengan perusahaan lain di industri yang sama. Lakukan riset pasar secara berkala untuk mengetahui standar gaji dan benefit yang berlaku. Selain gaji, pertimbangkan untuk menawarkan benefit tambahan, seperti asuransi kesehatan yang komprehensif, program pensiun yang menarik, atau tunjangan-tunjangan lainnya yang relevan dengan kebutuhan karyawan.
2. Memberikan Peluang Pengembangan Karier
Berikan peluang pengembangan karier yang jelas dan terstruktur kepada karyawan. Buatlah sistem manajemen kinerja yang transparan, di mana karyawan tahu apa yang harus mereka lakukan untuk mencapai tujuan karier mereka. Tawarkan pelatihan-pelatihan yang relevan dengan pekerjaan mereka, berikan kesempatan untuk mengikuti seminar atau konferensi, atau berikan kesempatan untuk mengambil peran yang lebih menantang.
3. Membangun Budaya Perusahaan yang Positif
Ciptakan budaya perusahaan yang inklusif, suportif, dan menghargai. Dorong komunikasi yang terbuka dan jujur antara karyawan dan manajemen. Berikan pengakuan dan penghargaan kepada karyawan atas kontribusi mereka. Ciptakan lingkungan kerja yang menyenangkan dan kolaboratif, di mana karyawan merasa nyaman untuk bekerja sama dan saling mendukung.
4. Meningkatkan Kualitas Manajemen
Latih manajer untuk menjadi pemimpin yang efektif dan inspiratif. Ajarkan mereka keterampilan komunikasi, motivasi, dan coaching. Berikan mereka wewenang untuk mengambil keputusan dan menyelesaikan masalah. Berikan mereka dukungan dan sumber daya yang mereka butuhkan untuk berhasil.
5. Meningkatkan Keseimbangan Antara Pekerjaan dan Kehidupan Pribadi
Berikan fleksibilitas kepada karyawan untuk mengatur waktu kerja mereka. Tawarkan opsi kerja jarak jauh atau remote working, jika memungkinkan. Berikan cuti yang cukup kepada karyawan untuk beristirahat dan menghabiskan waktu bersama keluarga mereka. Promosikan gaya hidup sehat di tempat kerja, seperti menyediakan fasilitas olahraga atau mengadakan kegiatan-kegiatan yang menyehatkan.
6. Memberikan Pekerjaan yang Menantang
Berikan pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kemampuan karyawan. Berikan mereka kesempatan untuk menggunakan keterampilan mereka, belajar hal-hal baru, dan memberikan kontribusi yang berarti. Berikan mereka otonomi untuk mengambil keputusan dan menyelesaikan masalah. Berikan mereka umpan balik yang konstruktif dan dukungan yang mereka butuhkan untuk berhasil.
7. Meningkatkan Pengakuan dan Penghargaan
Berikan pengakuan dan penghargaan kepada karyawan atas kontribusi mereka. Berikan pujian secara lisan atau tertulis. Berikan bonus atau hadiah. Berikan kesempatan untuk mewakili perusahaan dalam acara-acara penting. Buatlah sistem penghargaan yang adil dan transparan, sehingga karyawan tahu apa yang harus mereka lakukan untuk mendapatkan pengakuan.
8. Meningkatkan Kondisi Kerja
Pastikan bahwa kondisi kerja aman, nyaman, dan mendukung produktivitas karyawan. Perbaiki lingkungan kerja yang tidak aman. Perbaiki peralatan yang rusak. Sediakan fasilitas yang memadai, seperti ruang istirahat, ruang makan, atau toilet yang bersih.
Dengan menerapkan strategi-strategi ini, perusahaan dapat mengurangi tingkat turnover dan meningkatkan retensi karyawan. Ingatlah bahwa retensi karyawan adalah investasi jangka panjang yang akan memberikan manfaat yang besar bagi perusahaan.
Kesimpulan
Jadi, bahasa Indonesianya turnover adalah tingkat perputaran karyawan atau pergantian karyawan. Turnover adalah masalah serius yang dapat memberikan dampak negatif yang signifikan bagi perusahaan. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk memahami penyebab turnover dan menerapkan strategi retensi karyawan yang efektif. Dengan mengelola turnover dengan baik, perusahaan dapat meningkatkan produktivitas, mengurangi biaya, dan membangun reputasi yang baik. Semoga artikel ini bermanfaat bagi kalian semua!